Selasa, 10 April 2012

PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

                                          PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

                          

                                                                            BAB I
                                                                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Upaya untuk memahami mengapa seseorang berperilaku tertentu terhadap suatu objek, peristiwa atau manusia sesungguhnya merupakan suatu hal yang sangat rumit. Hal ini disebabkan perilaku seseorang dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor.
 Namun, salah satu hal yang cukup penting adalah dengan memahami bagaimana seseorang mempersepsi suatu obyek tersebut karena, bagaimanapun persepsi sangat berkaitan dengan perilaku. Perilaku seseorang terhadap suatu obyek, misalnya pekerjaan ditentukan oleh bagaiman ia mempersepsi pekerjaan tersebut harus dilakukan, bukan bagaimana pekerjaan itu sesungguhnya dilakukan.
Persepsi juga sangat berpengaruh dalam pengambilan sebuah keputusan. Pengambilan keputusan dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternative yang tersedia. Setiap pengambilan keputusan selalu menghasilakan pilihan final. Oleh karena itu, jika terjadi masalah bahkan penyimpangan pada sebuah persepsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kesalahan pengambilan keputusan.


B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan persepsi?
2.    Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
3.    Bagaimana cara mengatasi penyimpangan persepsi?
4.    Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?



                                                                                  BAB II
                                                                           PEMBAHASAN

A.    Persepsi
1.    Konsep Dasar Persepsi
Persepsi menurut para ahli, merupakan proses pemberian arti oleh seorang individu terhadap lingkungannya. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses melalui mana seseorang menerima, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi dari lingkungannya .
Pengertian diatas menyatakan bahwa setiap individu memberi arti pada suatu obyek (stimulus) yang dihadapi. Namun, setiap individu berbeda dan kadang menyimpang dalam melihat suatu obyek yang sama. Perbedaan dan penyimpangan persepsi terhadap sesuatu objek muncul sebagai akibat dari banyaknya stimulasi/informasi yang masuk pada pancaindra (kesadaran) seseorang, yang sumber informasinya berasal dari suatu objek, peristiwa, atau seseorang.

2.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Apa yang diperhatikan seseorang dapat berbeda dengan apa yang diperhatikan orang lain. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor  yang berada dalam diri orang yang mempersepsi, faktor yang berada dalam obyek yang sedang dipersepsi, dan faktor situasi.
Menurut Stephen P.Robbin, faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver) berupa attitude, motive, interest, experience, dan expectation. Kemudian, faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target) berupa novelty, motion, sounds, size, backround,dan proximit. Dan faktor yang berada dalam situasi berupa bentuk, work setting, dan social setting . Lebih jelasnya terlihat seperti dalam gambar dibawah ini:
    
a.    Faktor yang Berada dalam Situasi
Suatu objek yang dipersepsi senantiasa berada dalam satu situasi waktu dan lingkungan (social, kerja, atau lainnya). Situasi tersebut dapat mempengaruhi persepsi pada objek, peristiwa, atau orang.
Kemudian, work setting yang berupa ruang/lingkungan kerja juga turut berpengaruh. Work setting dipabrik berbeda dengan work setting di kantor manajer. Ruang kantor menjadi stimulus yang dengan berbagai peralatannya dan orang-orang yang berada dalam kantor tersebutberpakaian rapi dapat mempersepsi bahwa pekerjaan dkantor tersebut bergaji besar dan menyenangkan. Padahal, kenyataannya bias sebaluknya.
Sedangkan, social setting mengacu kepada suatu peristiwa, misalnya ditempat beribadah, dalam acara wisuda, dalam acara pesta, atau dalam suatu rapat tertentu. Seorang yang berada ditempat ibadah dapat dipersepsi sebagai orang-orang baik.

b.    Faktor Orang yang Mempersepsi (Perceiver)
Faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (Perceiver) meliputi sikap, motif, interest, experience, dan  expectation. Sikap berarti pernyataan evaluatif. Sikap dapat dipengaruhi oleh nilai yang dianut seseorang-berupa sikap positif atau negatif, dan senang atau tidak senang-terhadap suatu objek yang dapat mempengaruhi persepsi.
Motif sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang pun dapat memperngaruhi persepsi. Misalnya, seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi mempersepsi jabatan kepemimpinann yang dia emban untuk memaksa bawahan berperilaku seperti apa yang dia inginkan. Lain halnya, dengan orang yang mempunyai motif aktualisasi yang tinggi , ia menganggap jabatan tersebut sebagai tugas untuk meningkatkan produksi.
Interest sebagai sesuatu yang sangat diperhatikan seseorang dapat diperngaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut . Seseorang akan mempersepsi sesuatu yang berbeda dengan orang, tergantung pada interest yang dimiliki orang tersebut.
Experience atau pengalaman dapat mempengaruhi salah satu segi dari suatu objek atau peristiwa yang sangat diperhatikan oleh seseorang. Mialnya, seseorang yang sering ditipu atau dibohongi orang lain akan mempersepsi maksud baik orang lain sebagai suatu penipuan. Padahal, kenyataanya tidak demikian. Dan selanjutnya ialah expectation atau harapan-harapan seseorang terhadap sesuatu akan dapat mempengaruhi persepsi.

c.    Faktor yang Berada dalam Objeck (Targets)
Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi terdiri dari novelty (kebaruan), motion (gerak), sound (suara), size (ukuran), backround (latarbelakang), dan proximity (kedekatan).
Novelty (kebaruan) yaitu sesuatu yang baru akan lebih diperhatikan dan menjadi dasar hukum dalam pemaknaan. Sesuatu yang baru dapat dipersepsi lebih bagus daripada sesuatu yang lama.
Motion (gerak) dapat mempengaruhi persepsi. Gerakan dapat mempengaruhi perhatian. Sound (nada) dapat mempengaruhi persepsi dalam suatu hal. Misalnya seseorang yang berbicara dengan keras dipersepsikan sebagai orang yang kasar.
Beberapa objek yang secara fisik memiliki kedekatan (proximity) cenderung sering dinyatakan sama, sejenis, atau kelompok. Misalnya, beberapa kejadian yang memiliki kedekatan waktu cenderung dipersepsikan berkaitan. Padahal, kenyataannya tidak berkaitan. Backround (latarbelakang) dapat mempengaruhi persepsi. Ini akibat perhatian pada latar belakang suatu objek yang berbeda.
d.    Persepsi terhadap Orang Lain
Secara lebih spesifik, penyimpanan persepsi pada manusia dapat terjadi dalam beberapa bentuk yang, menurut Stephen P.Robbin terdiri dari :
1)    Stereotyping, yaitu penilaian yang diberikan oleh seseorang ke orang lain berdasarkan ciri-ciri spesifik yang memiliki kelompok dimana orang tersebut berasal.
2)    Hallo Effect, yaitu memberikan kesan umum untuk seseorang didasarkan pada satu ciri pribadi .
3)    Projection, yaitu menyimpulkan seseorang berdasarkan cirri yang dimiliki oleh orang yang mempersepsi.
4)    Selective Perseption, yaitu seseorang yang melihat sesuatu ,pada kepentingan, latar belakang, harapan-harapan.

3.    Penyimpangan Persepsi
Sebagaimana dijelaskan diatas, selain persepsi dapat mempengaruhi perilaku, ada juga kemungkinan terjadinya penyimpangan persepsi dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, di bawah ini ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk mengatasi penyimpangan persepsi  :
a.    Menyadari kapan faktor perceptual dapat mempengaruhi persepsi seseorang.
b.    Mencari informasi lain untuk mengonfirmasi yang kita tangkap.
c.    Melurusakan persepsi seseorang melalui meminta umpan balik ketika mereka mempersepsi suatu situasi yang menyimpang.
d.    Menghindari penyimpangan-penyimpangan yang umum terjadi seperti stereotype, hallo effect, dan lain-lain.
e.    Menghindari terjadinya pengatribusian yang salah dengan cara menganalisis berbagai faktor yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengatribusian.
B.    Pengambilan Keputusan
1.    Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
Fred Luthans dalam bukunya Perilaku Organisasi menyebutkan bahwa pengambilan keputusan didefinisikan secara universal sebagai pemilihan alternatif. Pendapat yang senada diungkapkan oleh Chester Barnard dalam The Function of the Executive bahwa analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan disebutkan sebagai suatu “proses keputusan merupakan teknik untuk mempersempit pilihan”. Sementara dalam bahan ajar DR. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM bahwa membuat keputusan adalah “The process of choosing a course of action for dealing with a problem or opportunity” .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan erat kaitannya dengan pemilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan.
Herbert Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan yaitu :
a.    Aktivitas intelegensi, yaitu penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
b.    Aktivitas desain, yaitu terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis masalah.
c.    Aktivitas memilih, yaitu memilih tindakan tertentu dari yang tersedia.

2.    Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
a.    Fungsi pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut :
1)    Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.
2)    Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut dengan hari depan/masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
b.    Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu :
1)    Tujuan bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan dan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
2)    Tujuan bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif.

3.    Langkah dalam Pengambilan Keputusan
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terdiri dari :
a.    Tahap Identifikasi
adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi  .
b.    Tahap pengembangan
adalah merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
c.    Tahap seleksi
Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian pembuat keputusan : berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengantawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan.
4.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu :
a.    Internal Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi dan sebagainya.
b.    Eksternal Organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum dan sebagainya.
c.    Ketersediaan informasi yang diperlukan.
d.    Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan

5.    Gaya pengambilan keputusan
Terdapat pendekatan lain untuk perilaku pengambilan keputusan berfokus pada gaya yang digunakan manajer dalam memilih alternatif . Ada empat gaya pengambilan keputusan yaitu :
a.    Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah terhadap ambiguitas dan berorientasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat.
b.    Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif daripada pembuat keputusan direktif.
c.    Gaya Konseptual
Pembuat gaya konseptual mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan.
d.    Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Gaya ini cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat yakni cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat serta menyukai informasi verbal daripada tulisan.

6.    Tanggung Jawab Pengambilan Keputusan
Seorang pengambil keputusan (decision maker) harus memenuhi berbagai syarat, terutama syarat intelektual dan mental, untuk dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab.
Pertama ia harus dapat membedakan antara responsibility for desiding atau tanggung jawab untuk mengambil keputusan, dan responsibility for doing, atau tanggung jawab untuk melakukan .


                                                                                   BAB III
                                                                                 PENUTUP

A.    Kesimpulan
Persepsi merupakan suatu proses melalui mana seseorang menerima, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi dari lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver) berupa attitude, motive, interest, experience, dan expectation. Kemudian, faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target) berupa novelty, motion, sounds, size, backround,dan proximit. Dan faktor yang berada dalam situasi berupa bentuk, work setting, dan social setting.
Pengambilan keputusan merupakan pilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan. Pengambilan keputusan memiliiki hubungan yang erat dengan persepsi, sebelum mengambil sebuah keputuhan, hendaknya segala macam persepsi yang salah di luruskan, guna memperoleh keputusan yang benar dan akurat.



                                                             DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi. 1978.  Pengambilan Keputusan (decisions making), Cetakan kedelapan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2005. Perilaku Organisasi. Bandung : UNPAR Press.
Luthans F. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10. Yogyakarta : Andi.
Setiadi. 2008. Business Economics and Managerial Decision Making. Jakarta : Kencana.
Thoha,Miftah. 2001. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

1 komentar:

Slider(Do not Edit Here!)

Pages

SLIDER WIDGET

Search This Blog

Featured Posts